CERITA I LA GALIGO
.
Awal cerita dimulai dari kehidupan para Dewa diatas langit. Dimana disaat para pengawal Patoto’e/To Palanroe turun ke bumi secara diam-diam dan mendapati bumi yang kosong melompong tanpa diisi oleh manusia. Dan kemudian melaporkan hasil temuannya kepada Patoto’e/ Sang Penentu nasib (raja kerajaan langit). Hal itu membuat Sang Patoto’e menjadi resah dan berdiskusi dengan istrinya Datu Palinge, untuk mengutus salah satu dari keturunannya diturunkan ke bumi meneruskan keturunan agar bumi tidak kosong melompong.
.
Maka diundanglah para saudaranya dari berbagai penjuru termasuk dari kerajaan bawah laut (peretiwi). Dari hasil pertemuan dan diskusi To Palanro’e dengan saudara-saudaranya maka diputuskan untuk mengutus La Toge” Langi (Batara Guru) yang akan meneruskan keturunan di bumi supaya ada yang menyembah ke langit dan peretiwi. Batara Guru kemudian diturunkan ke bumi dengan menggunakan Ayunan Bambu petung dan mendarat di Ale” Luwu.
.
Sesampainya di bumi meneruskan hidup dengan membuka lahan pertanian. Lambat laun Batara Guru merasa kesepian hidup sendirian dan ingin segera sepupunya yang telah dijodohkan dari peretiwi segera dimunculkan ke Ale” Luwu supaya ada yang menemani. Sampai tibalah saatnya We Nyili Timong/ Tompoe’ Ri Busa Empong muncul ke permukaan air di bumi dan bertemu dengan Batara Guru untuk hidup bersama. Setelah sekian lama hidup berumahtangga tapi belum juga hamil maka naiklah Batara Guru ke langit untuk memohon anak. Tidak lama kemudian dikaruniai anak yang diberi nama I La Tiule’ng/Batara Latu.
.
Setelah Batara Latu dewasa ia kemudian pergi berlayar ke negri Tompo Tika untuk mendapatkan jodohnya. Karena di Luwu sendiri tidak ada yang sederajat dengannya yang berdarah bangsawan ( ma”dara takku). Menikahlah dengan sepupunya yang telah dijodohkan bernama Opu Se’nge’ng. Merupakan keturunan dari La Unru Pessi dan We Pada Ule’ng dimana dijuluki turu belae’ karena keduanya meninggal di hari yang sama.
.
Bercerita tentang I LA GALIGO pasti tidak akan terlepas dari suku Bugis. Karena memang asal dari I LA GALIGO dari suku Bugis di Sulawesi Selatan Indonesia. I LA GALIGO merupakan sebuah kumpulan catatan dalan bentuk penggalan puisi yang bersuku kata lima. I LA GALIGO biasa dibacakan seperti syair lagu yang disebut Ma” Sure’q.
.
I LA GALIGO ada 3 penyebutan
1.Galigo/ma” Galigo ( menunjukkan kitab)
2. I LA GALIGO ( menunjukkan bukunya)
3.I LA GALIGO (menunjukkan tokoh dan secara keseluruhan)
I LA GALIGO merupakan kumpulan penggalan puisi dalam bentuk manuakrip kuno.
.
I LA GALIGO sendiri sudah ditetapkan sebagai memori kolektif dunia (memory of the world) karena terdapat di setiap penjuru dunia. Dan tercatat sampai saat ini ada 31 negara di setiap penjuru benua yang mengoleksi penggalan naskah I LA GALIGO di perpustakaan nasionalnya diantaranya, Australia, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Asia di luar Indonesia salah satunya di Malaysia dan di Eropa paling lengkap Inggris, Jerman, Belanda.
.
Di Belanda terdapat 12 Jilid yang sudah tersusun rapi berjumlah 3000 lembar bertuliskan aksara bugis yang menggunakan bahasa bugis kuno dan setara dengan 6000 lembar folio sehingga ditetapkan oleh UNESCO pada 2011 sebagai naskah kuno terpanjang di dunia yang lebih panjang dari humerus dan mahabarata.
.
Yang mana dikumpulkan dan sebagian dicatat ulang oleh Ratna Kencana Colliq Pujie Arung Pancana Toa Matinro’e Ri Tucae. Awal pencatatan sekitar abad ke-16. I LA GALIGO sendiri merupakan pitutur yang ada sebelum masuknya Islam di Nusantara. Dan I LA GALIGO juga digunakan sebagai kitab suci agama kuno yang ada di Kabupaten Sidrap Kecamatan Amparita bernama To Lotang ( dalam bahasa setempat disebut orang selatan) dan mempunyai keyakinan disebut Puang Sewa (Tuhan Esa). Tokoh utama dalam I LA GALIGO bernama Sawerigading.
.
Cerita dalam I LA GALIGO menceritakan 3 kosmo kehidupan.
1.Kehidupan dunia atas (Botti Langi)
2.Dunia tengah (Ale” Lino)
3.Dunia bawah (Peretiwi)
.
Untuk menghindari korban semakin lebih banyak berjatuhan maka Lasatumpugi membujuk We Cudai agar bersedia menikah dengan Sawerigading. We Cudai bersedia menikah tapi dengan beberapa syarat. Tidak boleh datang di siang hari hanya boleh datang di malam hari. Pintu kamar harus terkunci, pakaian tujuh lapis dan kelambu tujuh lapis juga.
.
Serta harus menghidupkan orang yang sudah mati tertusuk dan ditebas pedang. Hal itupun disanggupi Sawerigading. Karena bingung akhirnya meminta tolong ke saudari kembarnya we Tenriabeng bagaimana caranya bisa masuk kedalam Rumah yang kondisinya terkunci. Dan We Tenriabeng mengatakan nanti ada meongmpalo kare’lae atau miko-miko (kucing) yang mempunyai ekor bersinar sebagai penerang dikala gelap.
.
Sawerigading dituntun masuk melalui atap rumah lewat timpalaja. Tidak lama setelah itu We Cudai hamil dan lahirlah I LA GALIGO namun We Cudai tidak mau menerima dan merawat anaknya. I LA GALIGO dibawa ke Malimonge’ng dibesarkan oleh We Cipau sebagai istri selir Sawerigading. Setelah I LA GALIGO mulai besar diadakan pesta dan sabung ayam.
.
Terdengar teriakan orang yang ramai maka I LA GALIGO yang mendengar itu tidak sabar. Untuk datang ke pesta sabung ayam. Merengeklah minta ke Ayahandanya. Awalnya Sawerigading menolak tapi karena I La GALIGO merengek terus maka dibawalah ke istana Cina. We Cudai sangat terkesima melihat anaknya, Sawerigading pun tidak bisa menutupi rasa rindunya dengan istrinya We Cudai.
.
Akhirnya Sawerigading bersama I LA GALIGO kembali ke istana Cina. Setelah I LA GALIGO remaja maka di datangkan teman-teman bermain yang sebayanya dan berperan juga sebagai pengawal dari berbagai kerajaan di sekitaran Cina diantaranya, Sawitto, Sidenreng, Soppeng Riaja, Baringeng, Lamuru, Kampiri, Jampu, Tempe dll.
.
Yang disebut Datu petuppuloe (bangsawan dari tujuh puluh kerajaan) atau banyak kerajaan.Tidak lama We Cudai melahirkan anak ke dua bernama We Tenridio. Dia sering sakit-sakitan dan semua permintaannya harus dituruti termasuk saat meminta untuk dibawakan peralatan ritual Bissu yang ada di Luwu.
.
Maka I LA GALIGO bersedia berlayar mengarungi samudra untuk mengambilkan peralatan Bissu tersebut meskipun Sang Ayahanda Sawerigading berat untuk melepas anaknya yang masih berusia belia. Setelah sampai di Luwu disambut dengan penuh haru oleh kakek dan neneknya beserta keluarganya di Luwu.
.
Di Luwu I LA GALIGO tertarik dengan seorang wanita bernama Rajeng Ri Sompa dan menikahinya, kemudian kembali kecina lagi.Setelah I LA GALIGO sudah dewasa dan mewarisi kerajaan Cina sebagai putra mahkota.
.
Diakhir cerita Sawerigading bersama bersama We Cudai pergi ke Luwu untuk memenuhi undangan dari keluarganya namun di tengah perjalanan terbawa pusaran air dan terbawa ke dunia bawah di peretiwi menjadi penguasa dunia bawah. Para Dewa juga akhirnya kembali ke langit dan dunia bawah sebelum pintu langit dan pintu bawah laut ditutup. Dan kembali hidup masing-masing di tiga dunia. Dunia atas (langit) dunia tengah (bumi) dan dunia bawah(peretiwi)
.
Setelah menikah tidak lama kemudian Batara Latu memboyong Opu Se’nge’ng ke Luwu untuk menetap disana. Sekian lama menikah tapi blm juga dikaruniai anak maka berdoalah Batara Guru kepada Patoto’e agar dapat diberikan keturunan cucu.
.
Patoto’e pun berpesan bahwa kelak nanti akan punya dua anak kembar emas satu laki-laki dan satu perempuan. Yang laki-laki diberi nama Sawerigading dan perempuan diberi nama We Tenri Abeng. Akan tetapi keduanya harus dipisahkan dari lahir karena kelak akan ada rasa cinta diantara mereka. Maka dipisahlah keduanya.
.
Seiring waktu berjalan Sawerigading sudah mulai beranjak dewasa dan pekerjaannya setiap hari hanya menyabung ayam dibawah pohon asem dan bertaruh. Karena merasa bosan Sawerigading pergi berlayar untuk berpetualangan ke beberapa negeri. Setelah kembali dari pelayaran Sawerigading pun menceritakan semua kepada kedua orangtuanya tentang perjalanannya termasuk Sawerigading pergi ke dimensi lain dan melihat semua pembalasan atas segala perbuatan manusia selama hidup di dunia.
.
Sawerigading juga dalam bepergian bukan cuma menggunakan kapal (jocongeng soda) tetapi juga menggunakan kendaraan berupa burung yang besar bisa ke langit dan ke peretiwi bernama mare”poba yang punya suara keras. Setelah dari perjalanan Sawerigading mendarat diatap rumah dan melewati rakkeang (bagian atas rumah) tanpa sengaja ketemu dengan vwanita cantik yang langsung terpesona dan jatuh cinta. Kemudian Sawerigading bertanya kepada kedua orangtuanya tentang siapa gadis yang ditemui.
.
Betapa khawatir dan cemasnya Batara Latu dan Opu Se’nge’ng karena Sawerigading mengungkapkan inginin menikahi wanita cantik yang ditemuinya dimana itu adalah saudari kembarnya. Meskipun sudah dinasehati bahwa itu saudara kembarnya dan tidak boleh terjadi pernikahan sedarah karena sangat tabuh dan bisa terjadi bencana.
.
Tetapi Sawerigading tetap kekeh ingin menokahi saudarinya yang bernama We Tenriabeng. We Tenriabeng pun menasehati agar jangan sampai itu terjadi karena bisa mendatangkan Musibah. Kemudian We Tenriabeng menyuruh Sawerigading agar berlayar ke negri cina (tanah ogi) untuk menikahi We Cudai yang mirip persis dengan dirinya.
.
Maka diberikanlah kalung, cincin dan rambut sebagai ukuran dirinya kepada Sawerigading. We Tenriabeng berjanji apabila tidak sesuai dengan yang diceritakan maka Sawerigading boleh kembali ke Luwu dan bersedia dinikahi. Maka bersiaplah Sawerigading berlayar ke negri cina untuk mempersunting tambatan hatinya. Ditebanglah Welwnrenge (pohon besar) untuk membuat perahu dan segala keperluan ritual dipersiapkan oleh para Bissu.
.
Setelah kapal siap semua berangkatlah Sawerigading ke negri cina. Ditengah perjalanan Sawerigading dihadang tujuh kali musuh dan musuh yang terakhir ditaklukkan adalah Setiabonga tunangan We Cudai. Berbulan-bulan Sawerigading bersandar di Malimongeng yang membuat rasa kekhawatiran dari Lasatumpugi ( bapak dari We Cudai) raja kerajaan Cina.
.
Kemudian mengutus orang untuk menanyakan tujuan dan maksud dan kedatangan Sawerigading yang menggunakan kapal besar dan bertingkat. Karena sekian lama Sawerigading di Kapal maka dia mengutus burungnya yang bernama Ladunrung Sere’ng untuk melihat We Cudai dan memberutahukannya seperti apa.
.
Agar tidak penasarannya maka Sawerigading menyamar menjadi pedagang supaya bisa bertemu langsung dengan We Cudai dan alangkah terkejutnya karena apa yang diceritaka We Tenriabeng benar adanya kalau We Cudai mirip dirinya.
.
Sawerigading pun mengajukan lamaran. Setelah lamaran Sawerigading diterima dan semua mahar telah diberikan selama tiga bulan berturut-turut. Secara tiba-tiba We Cudai memutuskan dan membatalkan menikah dengan Saweridading karena mendengar dari pembicaraan orang kalau Sawerigading bengis dan badannya penuh bulu serta buruk rupa. Mahar pun dikembalikan, Sawerigading tidak terima beserta pasukannya menyerang negeri Cina.
.
Nilai-nilai di I LA GALIGO
1.Kejujuran : manusia harus berbuat jujur dan menjaga sikap karena setiap apa yang dilakukan akan ada balasan dihari kemudian.
2.Kepemimpinan: Berani, jujur,tegas. Konsisten. Pantang menyerah tidak boleh mundur saat ada musuh ataua masalah dan tidak boleh cari musuh.
3.Sistem pemerintahan: berbentuk kerajaan yang selalu diwariskan kepada putra mahkota tetapi harus persetujuan dari Bissu setelah berdoa sama Sang Maha Kuasa.
.
Ada jenis-jenis bissu;
1. Bissu Ma’Dewata
2. Bissu Patudang
3. Bissu Paduppa
4. Bissu Passere
4.Keseimbangan dengan alam; ada empat unsur yang harus selalu imbang (tanah, air, api dan udara)lambangnya adalah wala suji sehingga keberlanjutan tetap terjaga dan hidup selaras, serasi dan seimbang.
Erick Sukrisna
Pengiat Budaya
Post Views: 2